Laman

Minggu, 24 November 2019

Inti Ajaran Agama Buddha

Saya hanya copas dan share.
Source: tanhadi.blogspot.com/2012/02/bab-iv-inti-ajaran-sang-buddha.html?m=1

Tidak melakukan segala bentuk kejahatan,
senantiasa mengembangkan kebajikan
dan membersihkan batin;
inilah Ajaran Para Buddha.
(Dhammapada : 183)

106. Inti Ajaran Sang Buddha memang dapat diringkas dalam bentuk kalimat yang pernah disabdakan oleh Sang Buddha tersebut diatas, namun kalimat tersebut bila tidak dijabarkan dalam suatu Konsep Ajaran secara rinci , maka sangatlah dimungkinkan dalam praktiknya, kita akan terjebak dalam konsep-konsep yang tidak jelas dan bahkan dapat menyimpang jauh dari ajaran Sang Buddha yang sebenarnya, oleh karenanya untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan hal tersebut diperlukan suatu petunjuk yang sistematis (konseptual) sebagai pedoman pembelajaran dan pemahaman mengenai Pokok-Pokok Dasar Ajaran Sang Buddha dengan benar.

“Karena apakah maka dikatakan bahwa Empat Kebenaran Mulia merupakan Dhamma yang diajarkan olehku? berdasarkan pada enam elemen ada yang masuk ke dalam kandungan. Ketika hal itu terjadi, ada materi dan batin (nama-rupa). Dengan materi dan batin sebagai kondisi, ada enam landasan indera; dengan enam landasan indera sebagai kondisi, ada kontak; dengan kontak sebagai kondisi, ada perasaan. Kepada orang yang merasakan inilah kuperkenalkan,: Inilah penderitaan”, : Inilah asal mula penderitaan”, “ Inilah berhentinya penderitaan”, “ Inilah jalan menuju berhentinya penderitaan”.
(petikan Anguttara Nikaya III :65)

107. Sang Buddha telah mengajarkan kepada kita untuk melepaskan diri dari belenggu nafsu keinginan, karena nafsu keinginanlah yang menimbulkan Dukkha/penderitaan batin dan jasmani.

108. Bilamana kita merenungkan sejenak, kita akan menyadari betapa banyak dan hebatnya penderitaan yang dialami oleh semua makhluk hidup. Dunia ini sesungguhnya penuh dengan segala macam penderitaan, seperti kelaparan, kehausan, kedinginan, kepanasan, kekecewaan, kerugian, usia tua, penyakit dan kematian adalah merupakan pengalaman-pengalaman yang lazim terdapat dimana-mana, pada setiap makhluk hidup, bagi yang kaya maupun yang miskin, bagi seorang raja maupun seorang musafir. Hidup manusia merupakan perjuangan yang terus menerus untuk menghindarkan diri dari berbagai macam penderitaan .
Apapun perbuatan yang kita lakukan adalah agar diri kita merasa senang, nyaman dan berusaha untuk menghindari penderitaan. Kita akan makan, bilamana merasa lapar, kita mengenakan baju tebal jika kedinginan, namun makanan dan baju tebal tidak dapat melenyapkan rasa lapar maupun dingin untuk selama-lamanya.

109. Mengapa agama Buddha lebih menekankan aspek dukkha dalam kehidupan ? , sehingga banyak orang mendapat gambaran salah bahwa agama Buddha adalah pesimistis.
Di sini dengan tegas dinyatakan bahwa agama Buddha bukan pesimistis dan juga bukan optimistis, tetapi yang benar adalah bahwa agama Buddha adalah agama yang realistis. Yaitu yang mengajar kita untuk melihat hidup dan kehidupan di dunia ini dengan cara realistis. Agama Buddha melihat benda-benda dan segala sesuatunya dengan obyektif (jathabhutang) dan tidak menggambarkan secara keliru dan bodoh bahwa "penghidupan ini sorga" dan juga tidak ingin menakut-nakuti umatnya dengan berbagai macam hukuman dan dosa yang tidak masuk akal.
Agama Buddha memberitahukan kepada kita secara wajar dan tanpa ada yang ditutup-tutupi tentang siapa sebenarnya kita dan apakah yang ada di sekeliling kita dan juga menunjukkan Jalan untuk mencapai kebebasan sempurna, ketenangan, keseimbangan dan kebahagiaan.

110. Seorang dokter mungkin secara berlebih-lebihan menilai bahwa seorang pasien terlalu parah sakitnya dan tidak mungkin dapat disembuhkan. Dokter yang lain lagi secara tidak bertanggung jawab menyatakan bahwa orang sakit itu sama sekali tidak sakit apa-apa dan karena itu tidak memerlukan obat, sehingga orang sakit itu mendapat hiburan yang tidak pada tempatnya.
Kita dapat menamakan dokter yang pertama sebagai pesimistis dan dokter yang kedua optimistis, namun kedua-duanya sebenarnya sama-sama berbahaya.

Tetapi dokter yang ketiga dengan terang dapat melihat gejala-gejala orang sakit itu, dimana ia secara bertahap melakukan:
1) Mencari tahu, menganalisa, men-diagnosis terlebih dahulu “Apakah penyakit itu.” ( Adanya Penderitaan).
2) Meng-identifikasikan, menemukan penyebab dari penyakit itu. ( Asal-mula Penderitaan).
3) Mengetahui bagaimana cara menyembuhkan penyakit itu. ( Lenyapnya penderitaan)
4) Memberikan Obat yang tepat dan menguraikan langkah-langkah penyembuhannya. (Jalan menuju lenyapnya penderitaan).
Nah, Sang Buddha dapat diumpamakan sebagai dokter yang ketiga ini. Beliau adalah dokter yang pandai, handal dan bijaksana yang dapat menyembuhkan penyakit manusia di dunia ini (Bhisaka atau Bhaisajya Guru).

111. Sang Buddha dengan kecerdasannya yang luar biasa dan dengan cara berpikirnya yang logis, realistis, terkonsentrasi dan termurnikan, secara langsung mengetahui sebagaimana adanya: ‘Inilah penderitaan’, ‘Inilah asal mula penderitaan’, ‘Inilah lenyapnya penderitaan’, ‘Inilah jalan menuju lenyapnya penderitaan’.

Didalam Kitab Suci Majjhima Nikaya (MN) 4.31 atau MN 36.42, Sang Buddha mengungkapkannya sbb ;
“Ketika pikiranku yang terkonsentrasi telah demikian termurnikan, terang, tak ternoda, bebas dari ketidak-sempurnaan, dapat diolah, lentur, mantap dan mencapai keadaan tak terganggu, aku mengarahkannya pada pengetahuan tentang hancurnya noda-noda (tiga akar kejahatan yaitu: keserakahan/lobha, kebencian/dosa dan ketidaktahuan atau kebodohan-batin/moha).
Secara langsung aku mengetahui sebagaimana adanya: ‘Inilah penderitaan’, ‘Inilah asal mula penderitaan’, ‘Inilah lenyapnya penderitaan’, ‘Inilah jalan menuju lenyapnya penderitaan’; Secara langsung aku mengetahui sebagaimana adanya ‘Inilah noda-noda’, ‘Inilah asal mula noda-noda’, ‘Inilah lenyapnya noda-noda’, ‘Inilah jalan menuju lenyapnya noda-noda’ .”

112. Sang Buddha tidak mengingkari adanya ragam bentuk kebahagiaan, baik materi maupun spiritual. Dalam kitab Anggutara Nikaya II, vii; pilihan, tercantum daftar kebahagiaan (sukhani), seperti kebahagiaan dari kehidupan berumah tangga dan kebahagiaan dari kehidupan bhikkhu ; kebahagiaan dari kesenangan inderawi dan kebahagiaan dari pelepasan duniawi ; kebahagiaan yang ternoda dan kebahagiaan yang tak ternoda, kebahagiaan yang berkenaan dengan seks dan kebahagiaan tanpa seks dan lain sebagainya. Namun, semua kebahagiaan tersebut di atas juga termasuk dalam dukkha. Bahkan kebahagiaan batin yang dicapai dengan melaksanakan samadhi ,yaitu keadaan jhana, dimana seseorang telah terbebas dari perasaan “sukha” dan “dukka” oleh Sang Buddha didalam salah satu sutta dari Majjhima Nikaya dikatakan bahwa kebahagiaan itu akan berubah dan tidak kekal, olehkarenanya harus digolongkan dalam “dukkha” (anicca dukkha viparinama-dhamma).
Dari contoh-contoh diatas dapat diketahui dengan jelas, bahwa "dukkha" bukan hanya disebabkan oleh penderitaan dalam artian umum, tetapi segala sesuatu yang tidak kekal pun adalah "dukkha" (Yad aniccang tang dukkhang).

113. Sang Buddha adalah orang yang realistis dan objektif. Sehubungan dengan penghidupan dan kebahagiaan dari hawa-nafsu, Beliau minta agar kita mengerti dengan baik tiga hal:
1. Perasaan tertarik atau kegembiraan (assada).
2. Akibat yang tidak baik, atau bahayanya, atau perasaan tidak puas (adinava).
3. Perasaan tidak terikat atau terbebas ( nissarana).

114. Kalau kita melihat orang yang baik budinya, manis bahasanya dan rupawan, kita akan merasa suka, tertarik , merasa gembira , memperoleh kesenangan dan kepuasan kalau sering-sering dapat bertemu dengan orang itu. Inilah yang dinamakan kegembiraan (assada). Hal ini dapat kita alami sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi kegembiraan ini tidak kekal sebagaimana juga halnya dengan orang itu, dan segala sesuatu yang membuatnya terlihat menarik-pun juga tidak kekal.

Kalau kita karena sesuatu sebab misalnya, tidak dapat bertemu dengan orang itu sehingga tidak mendapat peluang untuk menjadi senang dan gembira, kita akan menjadi kecewa sekali dan mungkin kita dapat melakukan perbuatan yang tidak pantas. Inilah yang dinamakan "tidak baik", "berbahaya" dan "tidak memuaskan" (adinava). Hal inipun dapat kita alami sendiri dalam kehidupan kita sehari-hari.
Kemudian kalau kita tidak mempunyai ikatan apa-apa dengan orang itu dan juga tidak merasa tertarik, maka hal inilah yang dinamakan "tidak terikat" dan "terbebas" (nissarana).

Ketiga hal yang telah disebutkan diatas merupakan kenyataan hidup yang ada hubungannya dengan kegembiraan dalam kehidupan ini. Dengan contoh-contoh yang diberikan di atas, mungkin sekarang kita mendapat gambaran yang lebih jelas bahwa persoalannya bukanlah pesimistis atau optimistis, tetapi kita harus mengetahui dengan jelas segala sesuatu yang berhubungan dengan kegembiraan dalam kehidupan, hal-hal yang dapat menyakiti hati dan yang membuat kita sedih, dan hal-hal yang membebaskan kita dari kesedihan dan penderitaan itu. Dengan demikian barulah kita dapat memahami hidup ini secara menyeluruh dan obyektif. Selanjutnya barulah dapat dicapai pembebasan diri yang benar. 

Mengenai hal ini Sang Buddha pernah bersabda sbb:
"0 siswa-Ku, kalau seorang pertapa atau brahmana belum dapat mengerti dengan baik bahwa kegembiraan dari hawa nafsu adalah kegembiraan, ketidak-puasan karenanya adalah ketidak-puasan, kebebasan dari padanya adalah kebebasan, maka tidaklah mungkin mereka dapat memahami secara menyeluruh keinginan-keinginan yang timbul dari hawa nafsu. Dengan demikian mereka tidak dapat mengajar orang lain dan orang lain yang mengikuti petunjuk-petunjuk mereka tidak akan dapat memahami secara menyeluruh keinginan-keinginan hawa nafsu itu.

Tetapi, 0 siswa-Ku, kalau seorang pertapa atau brahmana dapat mengerti dengan baik bahwa kegembiraan dari hawa nafsu adalah kegembiraan, ketidak-puasan oleh karenanya adalah ketidak-puasan, kebebasan dari padanya adalah kebebasan, maka mereka akan dapat mengerti secara menyeluruh keinginan yang timbul dari hawa nafsu dan mereka akan dapat mengajar orang lain untuk dapat memahaminya, dan orang lain yang mengikuti petunjuk-petunjuknya akan dapat memahami secara menyeluruh keinginan-keinginan hawa nafsu itu."

Dalam Udana 4.4 Sang Buddha bersabda :
“ Mereka yang pikirannya kokoh tak tergoyahkan bagai batu karang,
tidak terikat kepada benda-benda yang menimbulkan keterikatan,
Tidak marah oleh hal-hal yang menyebabkan kemarahan,
Bila pikirannya telah terolah demikian,
Bagaimanakah penderitaan dapat mendatanginya?”

Agar Meditasi Anda Berhasil

Sebagai meditator pemula, pedoman ini cukup membantu. Silahkan disimak.

Source: https://samaggi-phala.or.id/naskah-dhamma/7-rambu-agar-meditasi-anda-sukses-2

7 Rambu agar meditasi Anda sukses
oleh: Ardhanaishvara Krisna Murti,
Master Yoga, Ketua Chakra Jivana Sadhanatta
Surabaya

Memulai meditasi bukanlah hal mudah, karena banyak kendala yang harus dihadapi.

Namun begitu, tak semestinya kita segera menyerah kalah. Tujuh tip berikut akan membantu mempermudah Anda melakukan meditasi.

MEDITASI kini semakin banyak diminati orang. Kelompok-kelompok yang secara teratur menjalankan meditasi semakin banyak bermunculan. Meditasi memang bermanfaat bagi kesehatan. Mempraktikkan meditasi dengan baik bisa membuat semua organ tubuh bergerak dan berfungsi dalam keadaan seimbang, serta bekerja dengan lebih teratur. Meditasi pun membuat seseorang mengalami relaksasi, karena itu sangat efektif untuk mengusir stress.

Persoalannya adalah, bagaimana cara melakukan meditasi dengan baik? Inilah pertanyaan penting yang perlu dijawab dengan mempraktikkan beberapa tip berikut ini.

S a t u : Perkecil gangguan
Pergi ke gunung agar bisa melakukan meditasi dengan tenang tidak akan membantu bila Anda masih membawa
hand phone atau televisi. Memilih tempat yang sunyi agar terlindungi dari berbagai gangguan memang penting, tetapi kesiapan Anda untuk tidak terganggu itu lebih penting. Bila hendak melakukan meditasi, tutuplah hasrat untuk berhubungan dengan semua yang ada di luar diri Anda. Lalu tutup pintu dan tutup mata Anda. Lupakan sejenak semua permasalahan yang ada.
Menutup hasrat berhubungan dengan dunia di luar diri Anda selama meditasi juga memberikan efek psikologi yang luar biasa. Itu bisa membantu Anda untuk bersikap tenang dan tidak langsung melompat begitu mendengar bunyi telepon. Atau, langsung keluar ruangan meditasi begitu ada yang berbicara. Bagi Anda yang telah berkeluarga, sebaiknya lebih dulu mengatur keperluan rumah tangga dan kebutuhan seluruh anggota keluarga agar Anda bisa bebas dan merasa tenang bermeditasi.
Selanjutnya, pasrahkan diri kita sepenuhnya dalam proses meditasi. Biarkan orang-orang di sekitar Anda tahu bahwa ini merupakan kegiatan yang penting dan rutin bagi Anda. Dengan begitu, mereka pun akan belajar menghargainya. Pastikan agar mereka mengerti bahwa selama menutup diri melakukan meditasi, Anda tidak mau diganggu.

D u a : Miliki tempat khusus
Sebaiknya Anda memiliki tempat khusus untuk bermeditasi. Pastikan tempat itu bersih dan bagus sirkulasi udaranya. Tempat khusus yang suasananya tenang akan sangat membantu, terutama di awal-awal proses meditasi. Usahakan pula agar jangan berpindah-pindah tempat.
Walaupun demikian, bukan berarti Anda tidak boleh melakukan meditasi di tempat yang lain. Anda bisa melakukannya di mana saja, seperti di dalam bis, di mobil, bahkan di alam terbuka. Namun medan energi meditasi akan cepat terbentuk bila Anda melakukannya di tempat yang sama. Dengan demikian, Anda akan lebih mudah mencapai ketenangan ketika memasuki ruangan tersebut.

T i g a : Berdisiplin dalam latihan
Jika Anda tidak berkonsentrasi ketika bermeditasi, janganlah putus asa. Jangan pula merasa gagal dalam bermeditasi. Sebab dalam meditasi tidak ada istilah gagal, yang ada hanyalah masalah ‘jam terbang’. Ingatlah, bukan hanya Anda yang mengalami perasaan gagal. Semua orang, bahkan para guru besar meditasi pun pada awalnya juga mengalami berbagai kesulitan yang sama dengan Anda.
Pikiran kacau, rasa gatal, rasa panas dingin, bagi para pemula adalah hal yang biasa. Ini adalah proses yang harus Anda lewati. Cara menanggulanginya, sebutlah nama Tuhan sesuai dengan kepercayaan Anda. Sebutlah berulang-ulang.

E m p a t : Tetapkan waktu Anda bermeditasi
Anda dapat melakukan meditasi setiap saat, namun saat
sandhya (matahari terbit dan terbenam) merupakan waktu yang terbaik. Tetapkan waktu meditasi Anda. Lalu sampaikan kepada teman-teman dan seluruh anggota keluarga agar tidak menggangu Anda pada jam-jam tersebut. Biasanya para praktisi meditasi selalu melakukan meditasi pada waktu-waktu tertentu. Dengan demikian, jika waktu tersebut tiba, secara otomatis mereka akan merasakan adanya keinginan untuk melakukan meditasi.
Meditasi setidaknya dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi dan petang. Meditasi pada pagi hari berguna untuk memberikan semangat untuk memulai hari. Sedangkan meditasi pada malam hari berfungsi untuk menimbulkan relaksasi dan membantu mengurai ‘benang kusut’ yang terbentuk dalam pikiran Anda serta mengubahnya menjadi ‘sulaman yang indah’. Dengan demikian, Anda dapat tidur dengan nyenyak dan tidak diganggu oleh mimpi buruk.
Para pemula seringkali mengalami kesulitan mengatur waktu yang tepat untuk meditasi. Untuk mudahnya, terlebih dahulu periksalah rutinitas Anda sehari-hari, lalu cari waktu yang paling cocok untuk Anda. Bila Anda telah menetapkan waktunya, maka tegakkanlah disiplin.
Jika seseorang memiliki keinginan tulus untuk mengeksplorasi tingkatan dan kedalaman meditasi, penting baginya untuk menciptakan kebiasaan untuk bermeditasi tanpa terlewatkan. Sebab meditasi dapat diibaratkan sebagai rantai yang indah. Setiap kali melakukan meditasi, kita menambahkan satu buah mata rantai. Dalam jangka panjang, hasilnya adalah suatu untaian rantai yang kuat dan bermanfaat. Namun jika sering kita tinggalkan, maka kita akan kehilangan mata rantai. Untuk menguatkan mental, usahakan untuk tidak melewatkan waktu meditasi.
Karena itu, meski situasinya darurat, usahakan untuk tetap melakukan meditasi walau hanya beberapa saat. Pada awalnya memang sulit, tetapi lama kelamaan akan menjadi kebiasaan, seperti mandi. Anda pasti akan mampu melakukannya tanpa perlu membuat banyak pertimbangan.
Para meditator yang berpengalaman, biasanya dengan sendirinya mengurangi pengurangan waktu tidur, karena bisa juga berfungsi sebagai istirahat secara fisiologis. Dengan demikian, mereka mendapat tambahan waktu 1-3 jam yang bisa digunakan untuk melakukan meditasi atau untuk melakukan aktivitas lainnya.

L i m a : Menambah wawasan spiritual
Carilah teman yang juga melakukan praktik meditasi. Anda juga bisa membaca buku-buku spiritual dari orang yang berkualitas tinggi dalam hal spiritual. Waktu terbaik untuk membaca adalah setelah melakukan meditasi. Karena saat itu pikiran kita menjadi jernih dan tenang. Pengalaman orang-orang yang berhasil melewati rintangan dalam bermeditasi juga akan banyak membantu untuk lebih mempersiapkan diri dan mental Anda.

E n a m : Lakukan dalam posisi yang nyaman
Sebelum melakukan meditasi, ada baiknya Anda melakukan pemanasan dan peregangan untuk mengendorkan otot dan melancarkan peredaran darah. Meditasi dapat dilakukan dengan posisi berdiri, duduk, bahkan berbaring. Namun pastikan tulang punggung Anda tegak. Bukan tegak ala militer, tetapi tegak maksimal menurut Anda.

Jika kita melakukan meditasi dengan posisi baik, akan ada aliran energi tulang belakang yang mengarah ke atas. Sedangkan duduk dengan postur yang tidak tegak seperti membungkuk atau menekuk ke belakang, hanya akan menghambat aliran energi, mengganggu napas, dan membuat Anda mudah mengantuk.

Jadi, penting sekali untuk duduk setegak mungkin. Beberapa orang bisa terbantu meditasinya dengan meletakkan bantal kecil sebagai alas, karena dapat mengurangi tekanan pada lutut dan menghasilkan postur yang lebih baik dengan meninggikan tulang punggungnya. Permukaan lantai yang rata dapat membantu membentuk posisi ini.
Bila Anda duduk bermeditasi, pastikan Anda duduk dengan nyaman, sehingga pikiran bebas berkonsentrasi pada proses meditasi. Jika duduk di atas karpet, bantal tipis, atau selimut yang dilipat dirasa kurang nyaman, dapat dicoba duduk di atas kursi.

T u j u h : Jangan kekenyangan jangan kelaparan
Setelah makan, Anda akan merasa malas dan mengantuk. Ini disebabkan tubuh sedang memusatkan energi pada proses pencernaan. Sebaiknya pada saat seperti ini Anda tidak melakukan meditasi, karena energi yang menuju ke otak tidak maksimal. Demikian pula sebaliknya. Bermeditasi dengan perut kosong, juga tidak memungkinkan Anda meraih konsentrasi. Karena itu, sebaiknya Anda hanya mengkonsumsi makanan ringan atau minum jus buah saja sesaat sebelum melakukannya.
Sumber : Nirmala 01/ Januari 2005

Sakit ginjal sembuh dengan ramuan bawang putih dan jeruk nipis?

Boleh dicoba nih bagi yang mencari alternatif pengobatan..

Source: https://www.friendonesia.com/156-amp+dengan-resep-herbal-bawang-putih-dan-jeruk-nipis.htm

Artikelnya ga bisa dicopas oleh sistemnya, yasudah datangi sendiri ya webnya. Saya pribadi belum membuat dan mencoba ramuan itu. Hanya saja kemarin ini dapat kiriman jus campuran bawang putih, lemon, jahe dkk. Saya meminumnya beberapa kali dan langsung berasa efeknya dalam hitungan jam loh. Cukup wow kan. Dalam kasus saya, panas dalam yg sering saya rasakan akibat sering ngemil seolah langsung dikeluarkan melalui pori-pori tubuh. Saya jadi banyak berkeringat, dan merasa ada hawa panas keluar dari tubuh. Setelahnya badan terasa lebih enteng. Jadi artikel ini mungkin benar adanya. Silahkan dicoba :)